Puri, Anas and Mildawati, Roza (2016) Validasi Metode Perencanaan Sistem Pelat Terpaku pada Lempung Lunak Menggunakan Metode Elemen Hingga (Tahun Kedua). Universitas Islam Riau. (Unpublished)
Text
1c-tahun2-Lap Akhr PHB 2016-Validasi metode perencanaan vs FEM.pdf - Submitted Version Download (4MB) |
Abstract
Sistem Pelat Terpaku berawal dari ide untuk mengganti cakar pada Fondasi Cakar Ayam dengan tiang-tiang friksi pendek, untuk lebih efisien dalam pelaksanaan konstruksi (Hardiyatmo, 2008). Sistem ini sebagai usulan aplikasi perkuatan perkerasan kaku pada tanah lunak, yang direkomendasikan menggunakan pile cap tipis (ketebalan 12 cm hingga 25 cm), dan penggunaan pile cap tipis akan menguntungkan bagi tanah lunak (Hardiyatmo dan Suhendro, 2003). Bagian bawah pelat perkerasan terdapat tiang- tiang mikro pendek (short micropiles) berdiameter 12 cm – 20 cm dengan panjang 1,0 m – 1,5 m, dan jarak antar tiang berkisar antara 1 m – 2 m (Hardiyatmo, 2008 ). Jadi pelat tersebut berfungsi ganda yaitu sebagai struktur perkerasan sekaligus sebagai pile cap. Cara analisis Sistem Pelat Terpaku berdasarkan uji tiang tunggal menggunakan modulus reaksi tanah dasar ekivalen telah diusulkan oleh Hardiyatmo (2008; 2009; 2011a )dan Puri (2015a ). Puri, dkk. (2013c ) telah memvalidasi cara analisisnya dengan pengamatan skala penuh, namun belum dilakukan validasi dengan metode elemen hingga. Selain itu, belum pula dihasilkan nomogram untuk perencanaan praktis di lapangan. Untuk itu perlu dilakukan analisis numerik guna memvalidasi cara analisis yang telah diusulkan dan membuat nomogram untuk perencanaan praktis di lapangan. Uji Sistem Pelat Terpaku skala penuh telah dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah Universitas Gadjah Mada. Pelat Terpaku menggunakan konstruksi beton bertulang yang dipasang pada media lempung lunak. Uji Pelat Terpaku dengan 1 baris tiang mempunyai ukuran pelat 600 cm × 120 cm, tebal 15 cm, berada pada lempung lunak setebal 215 cm, dan diperkuat tiang mikro berdiameter 20 cm, panjang 150 cm, dan jarak 120 cm. Sejumlah instrumentasi dipasang untuk mengamati perilaku sistem. Pembebanan monotonik dilakukan di tengah dan di ujung pelat. Secara umum pembebanan tidak mencapai kondisi runtuh, kecuali hanya sedikit mencapai awal zona plastis. Namun pada beban di C (tepi ujung pelat ), di atas beban 80 kN mengakibatkan pelat retak di antara dua tiang terluar. Akibat beban terpusat di A maupun di C, respons lendutan pelat sesuai dengan harapan bahwa lendutan maksimum terjadi di bawah beban dan semakin jauh dari beban lendutan akan semakin mengecil. Hal ini terlihat pada bentuk lendutan pelat (deflected-bowl )mendekati bentuk setengah mangkok. Fenomena ini mengindikasikan bahwa tiang-tiang merespon dengan cukup baik. Untuk tinjauan desain pada beban rencana roda tunggal 40 kN bahwa hasil hitungan menggunakan BoEF diperoleh lendutan maksimum 2,60 mm tidak melampaui lendutan toleransi (a ) = 5 mm untuk beban sentris. Namun untuk beban di tepi diperoleh lendutan maksimum 7,10 mm, melampaui lendutan toleransi. Akan tetapi lendutan pengamatan jauh lebih kecil dibanding lendutan analisis yaitu hanya 0,87 mm untuk beban sentris, dan 2,04 mm untuk beban di tepi. Dengan demikian, hasil hitungan rencana tersebut jauh lebih aman. Semakin besar diameter dan panjang tiang maka lendutan semakin berkurang. Peningkatan diameter dan panjang tiang meningkatkan kuat dukung sistem dalam memikul beban, sehingga lendutan pelat menjadi berkurang. Nomogram perencanaan telah disusun dan dapat digunakan untuk keperluan praktis perancangan awal.
Item Type: | Other |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | sistem pelat terpaku, tiang pendek, lendutan, lempung lunak, perkerasan kaku |
Subjects: | T Technology > TA Engineering (General). Civil engineering (General) |
Divisions: | > Teknik Sipil |
Depositing User: | Mia |
Date Deposited: | 19 May 2022 07:51 |
Last Modified: | 19 May 2022 07:51 |
URI: | http://repository.uir.ac.id/id/eprint/10924 |
Actions (login required)
View Item |